Laman

Sabtu, 20 April 2013

Pidato Tri Kaya Parisudha

Apabila Tri Kaya Parisudha tersebut dapat dilaksanakan dalam kehidupan sehari – hari, maka manfaat dan maknanya akan dapat dirasakan baik secara pribadi maupun golongan atau kelompok secara keseluruhan.

Manfaat – manfaat yang diperoleh adalah dari :
  1. Kayika Parisudha.
-          Setiap orang tidak berani menyiksa, manyakiti, dan membunuh mahluk lain.
-          Setiap orang tidak berani mempergunakan kekerasan ( secara paksa ) untuk merebut benda yang diinginkannya dari orang lain.
-          Setiap orang tidak berani memaksa orang lain untuk berjudi, minum – minuman keras, mengisap ganja, narkotik dan lain – lain

  1. Wacika Parisudha
-          Setiap orang selalu berusaha berkata –kata yang baik ( tidak menyinggung perasaan )
-          Setiap orang takut berkata – kata kasar, tidak menghina, mengancam, dan menghardik
-          Setiap orang tidak berani memfitnah, mengadakan laporan palsu untuk mengadukan teman
-          Setiap orang selalu satia wacana, yaitu menepati janji dan tidak berani berbohong.

  1. Manacika Parisudha
-          Seseorang akan selalu berpikir untuk memperoleh sesuatu secara halal.
-          Selalu berpikir baik terhadap mahluk lain yang didasari oleh semua mahluk adalah ciptaan Tuhan.
-          Mempercayai dan meyakini adanya hukum karma yaitu semua perbuatan pasti memperoleh hasil.
Makna yang diperoleh dari pelaksanaan Tri Kaya Parisudha dalam kehidupan sehari – hari adalah :
  1. setiap orang akan selalu berpikir telebih dahulu sebelum berkata ataupun berbuat.
  2. Setiap orang akan menjadi sopan santun dalam kehidupannya
  3. Kehidupan manusia di dunia ini akan tertib sehingga keadaan menjadi aman, tentram dan damai.
  4. Setiap orang tidak merasa was – was, takut ataupun curiga, karena masing – masing dapat mengendalikan dirinya.
Di awal kita sudah membahas bahwa dengan adanya pikiran yang baik akan timbul perkataan yang baik sehingga mewujudkan karma yang baik pula. Dan dari perbuatan yang buruk akan dihasilkan karma yang buruk pula. Jadi segala sesuatu yang kita perbuat akan ada karmanya. Untuk itu kita akan mengenal yang namanya KARMA PHALA..

Dewa Brahma

Dewa Brahma

Menurut ajaran agama hindu, Brahma adalah dewa pencipta
Menurut agama Hindu, Brahma adalah salah satu di antara Trimurti (Brahma, Wisnu, Siwa). Dewa Brahma juga bergelar sebagai Dewa pengetahuan dan kebijaksanaan. Beberapa orang bijaksana memberinya gelar sebagai Dewa api. Dewa Brahma beristrikan Dewi Saraswati, yang menurunkan segala ilmu pengetahuan ke dunia.
Menurut mitologi Hindu, Dewa Brahma lahir dengan sendirinya (tanpa Ibu) dari dalam bunga teratai yang tumbuh di dalam Dewa Wisnu pada saat penciptaan alam semesta. Legenda lain mengatakan bahwa Dewa Brahma lahir dari air. Di sana Brahman menaburkan benih yang menjadi telur emas. Dari telur emas tersebut, lahirlah Dewa Brahma Sang pencipta. Material telur emas yang lainnya menjadi Brahmanda, atau telur alam semesta.
Menurut cerita kuno, pada saat penciptaan alam semesta, Brahma menciptakan sepuluh Prajapati, yang konon merupakan ayah-ayah (kakek moyang) manusia pertama. Menurut Manusmrti, sepuluh Prajapati tersebut adalah: Marichi, Atri, Anggirasa, Pulastya, Pulaha, Kratu, Wasistha, Praceta atau Daksa, Briegu, dan Narada. Ia juga konon menciptakan tujuh pujangga besar yang disebut Sapta Rsi untuk menolongnya menciptakan alam semesta.
Menurut kisah di balik penulisan Ramayana, Dewa Brahma memberkati Resi Walmiki untuk menulis kisah Ramayana, menceritakan riwayat Rama yang pada masa itu sedang memerintah di Ayodhya.
Penggambaran Dewa Brahma
Dewa Brahma memiliki ciri-ciri sesuai dengan karakter yang dimilikinya. Ada ciri-ciri umum yang dimiliki Dewa Brahma, yakni:
  • bermuka empat yang memandang ke empat penjuru mata angin (catur muka), yang mana pada masing-masing wajah mengumandangkan salah satu dari empat Veda.
  • bertangan empat, masing-masing membawa:
  1. Tongkat Teratai, kadangkala sendok (Brahma terkenal sebagai Dewa yadnya atau upacara)
  2. Weda/kitab suci
  3. Busur
  4. Genitri Ak
  • menunggangi hamsa (angsa) atau duduk di atas teratai
Siklus Dewa Brahma
Brahma hidup selama seratus tahun Kalpa. Satu tahun Kalpa sama dengan 3.110.400.000.000 tahun. Setelah seratus tahun Kalpa, maka Dewa Siwa sebagai Dewa pelebur mengambil perannya untuk melebur alam semesta beserta isinya untuk dikembalikan ke asalnya. Setelah itu, Brahma sebagai pencipta tutup usia, dan alam semesta bisa diciptakan kembali oleh kehendak Tuhan.

Jumat, 19 April 2013

Tri Murti




Tri murti

Tri Murti adalah tiga sinar suci dari sanh hyang widhy ( Tuhan ) berdasarkan fungsinya mencipta,  dan melebur alam semesta beserta isinya
Tri Murti terdiri atas tiga yaitu:
1. Dewa Brahma 
Fungsi : Sebagai pencipta
Sakti : Dewi saraswati
Senjata : Gada
Aksara : A
Urip : 9
Warna : Merah
Lambang : A
  2. Dewa Wisnu
Fungsi : pemelihara
Sakti : Dewi Laksmi
Senjata : Cakra
Urip : 4
Warna : Hitam
Lambang : U
  3. Dewa Siwa
Fungsi : Pelebur
Sakti : Dewi Durga
Senjata : Padma
Urip : 8
Warna : Macam Warna
Lambang : M
Apabila simbol dari ketiga dewa tesebut digabungkan, maka akan menjadi AUM yang dibaca "OM" ( ) yang merupakan simbol suci agama Hindu.





Pidato TAT TWAM ASI



Selamat pagi
Yang Saya Hormati Ibu Guru Bidang studi bahasa indoesia
Dan teman – teman yang saya banggakan
marilah kita panjatkan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kita dapat berkumpul di ruangan ini dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.

pada pagi yang berbahagia ini izinkanlah berdiri disini untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian melalui pidato ini
adapun tema dari pidato yang akan saya bawakan yaitu tentang  “TAT TWAM ASI”
Teman – teman sekalian TAT TWAM ASI dapat diartikan sebagai “ Aku adalah kamu dan kamu adalah aku” dari pengertian inilah dapat kita simpulkan bahwa jika aku menyakiti kamu  maka sama saja dengan aku menyakiti diriku sendiri.
Ajaran Tat Twam Asi berasal dari ajaran agama Hindu di India. Artinya : "aku adalah engkau, engkau adalah aku." Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah laku.
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan ajaran agama Hindu. Wujud nyata/riil dari ajaran ini dapat kita cermati dalam kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotifasi oleh keinginan(kama) manusia yang bersangkutan.Sebelum manusia sebagai makhluk hidup itu banyak jenis, sifat, dan ragamnya, seperti manusia sebagai makhluk, individu, sosial, religius, ekonomis, budaya, dan yang lainnya. Semua itu harus dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa memperhitungkan situasi dan kondisinya serta keterbatasan yang dimilikinya, betapa susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Disinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan ini.Semua diantara kita ini tahu bahwa berat dan ringan Rwabhineda itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya. Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu sering tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
Misalnya, bila masyarakat kita tertimpa musibah misalnya saja bali ditimpa bencana Bom, sebagai akibat dari bencana itu bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Bali sendiri, melainkan juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat duniapun juga ikut terkena biasnya. Bila seorang anak mendapat halangan /kecelakaan sehingga merasa sedih, rasa sedih yang diderita oleh anak yang bersangkutan juga dirasakan oleh orang tuanya. Demikian juga yang lainnya akan selalu dirasakan secara kebersamaan /sosial oleh masing-masing individu yang bersangkutan.
Jiwa sosial ini seharusnya diresapi dengan sinar-sinar kesusilaan tuntunan Tuhan dan tidak dibenarkan dengan jiwa kebendaan semata. Ajaran Tat Twan Asi selain merupakan jiwa filsfat social, juga merupakan dasar dari tata susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan rukun diantara sesama makhluk hidup lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh sebagai berikut:
  1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran/norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
  2. Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.
  3. Lebih mendahulukan kepentingkan umum dari pada kepentingan pribadi.
Sastra-sastra agama adalah sumber atau dasar dari tata susila (ethika) yang bersifat kokoh dan kekal, ibarat landasan dari suatu bangunan dimana bangunan yang bersangkutan harus didirikan. Jika landasannya itu tidak kuat/kokoh, maka bangunan itu akan mudah roboh dengan sendirinya.
Demikian pula halnya dengan tata susila bila tidak dilandasi dengan pedoman sastra-sastra agama yang kokoh dan kuat, maka tata susila tidak akan meresap dan mendalam di hati sanubari kita. Ajaran agama yang menjadi dasar dan pedoman tata susila Hindu diantaranya adalah ajaran Tri Kaya Parisuhda yang selalu kita ucapkan, tanamkan pada diri kita umat Hindu sesuai dengan yang selalu didengungkan dalam Trisandya bait ke VI dimana Ajaran Tri Kaya Parisudha merupakan tiga kesusilaan yang penting sebagai bagian dari ajaran Dharma. Dengan demikian barang siapa yang dengan kesungguhan hati mengamalkan ajaranya itu sudah barang tentu akan selalu dalam keadaan selamat dan bahagia, karena ia selalu akan mendapat perlindungan dari perbuatanya yang baik itu.
Tata susila sering juga disebut dengan ethika (sopan santun). Ethika itu dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya, bila manusia memiliki wiweka, yitu kemampuan membedakan dan memilih diantara yang baik dengan yang buruk , yang benar dengan yang salah dan lain sebagainya. Demikianlah tata susila dengan wiweka, keduanya saling melengkapi kegunaanya dalam hidup dan kehidupan ini.
Namun dewasa ini bila kita mau secara jujur mengakui, sesungguhnya banyak sekali tanda-tanda kemerosotan moral yang terjadi dilingkungan masyarakat, terutama dikalangan anak-anak (para remaja) kita, hal itu disebabkan oleh karena antara lain:
  1. Kurang tertanamnya jiwa agama pada setiap individu yang ada dalam masyarakat.
  2. Keadaan masyarakat yang kurang stabil, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi, sosial, politik dan keamanan.
  3. Pendidikan moral belum terlaksana sebagaimana mestinya baik dilingkungan sekolah, masyarakat, maupun ditingkat rumah tangga.
  4. Situasi dan kondisi rumah tangga yang kurang stabil/baik.
  5. Diperkenalkan secara popular obat-obatan dan sarana anti hamil.
  6. Banyaknya tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang kurang mengindahkan dasar-dasar,norma-norma/aturan-aturan tentang tuntunan moral.
  7. Kurang adanya individu /organisasi/lembaga yang memfasilitasi tempat-tempat bimbingan dan penyuluhan moral bagi anak-anak/remaja yang menganggur.
Bila ajaran Tat Twam Asi dapat diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat secara menyeluruh dan sungguh-sungguh, dalam sifat dan prilaku kita maka kehidupan ini akan menjadi sangat harmonis satu dengan yang lainnya diantara kita dapat hidup saling menghormati, mengisi dan damai. Demikianlah ajaran Tat Twam Asi patut kita pedomi, cermati dan amalkan kehidupan sehari-hari ini.
Mungkin cukup itu saja yang dapat saya sampaikan pada pagi ini, jika ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi saya akhiri dengan selamat pagi dan terimakasih