Selamat pagi
Yang Saya Hormati Ibu Guru
Bidang studi bahasa indoesia
Dan teman – teman yang saya
banggakan
marilah kita panjatkan syukur kepada
Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat-Nya kita dapat berkumpul di ruangan
ini dalam keadaan sehat tanpa kurang suatu apapun.
pada pagi yang berbahagia ini
izinkanlah berdiri disini untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian melalui
pidato ini
adapun tema dari pidato yang
akan saya bawakan yaitu tentang “TAT TWAM
ASI”
Teman – teman sekalian TAT TWAM
ASI dapat diartikan sebagai “ Aku adalah kamu dan kamu adalah aku” dari
pengertian inilah dapat kita simpulkan bahwa jika aku menyakiti kamu maka sama saja dengan aku menyakiti diriku
sendiri.
Ajaran Tat Twam Asi berasal
dari ajaran agama Hindu di India. Artinya : "aku adalah engkau, engkau
adalah aku." Filosofi yang termuat dari ajaran ini adalah bagaimana kita
bisa berempati, merasakan apa yang tengah dirasakan oleh orang yang di dekat
kita. Ketika kita menyakiti orang lain, maka diri kita pun tersakiti. Ketika
kita mencela orang lain, maka kita pun tercela. Maka dari itu, bagaimana
menghayati perasaan orang lain, bagaimana mereka berespon akibat dari tingkah
laku kita, demikianlah hendaknya ajaran ini menjadi dasar dalam bertingkah
laku.
Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan
ajaran agama Hindu. Wujud nyata/riil dari ajaran ini dapat kita cermati dalam
kehidupan dan prilaku keseharian dari umat manusia yang bersangkutan. Manusia
dalam hidupnya memiliki berbagai macam kebutuhan hidup yang dimotifasi oleh
keinginan(kama) manusia yang bersangkutan.Sebelum manusia sebagai makhluk hidup
itu banyak jenis, sifat, dan ragamnya, seperti manusia sebagai makhluk,
individu, sosial, religius, ekonomis, budaya, dan yang lainnya. Semua itu harus
dapat dipenuhi oleh manusia secara menyeluruh dan bersamaan tanpa
memperhitungkan situasi dan kondisinya serta keterbatasan yang dimilikinya,
betapa susah yang dirasakan oleh individu yang bersangkutan. Disinilah manusia
perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat
masalah yang dihadapinya akan terasa ringan. Dengan memahami dan mengamalkan
ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan
kehidupan ini.Semua diantara kita ini tahu bahwa berat dan ringan Rwabhineda
itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya.
Demikian adanya maka dalam hidup ini kita hendaknya selalu sering tolong
menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.
Misalnya, bila masyarakat kita tertimpa musibah
misalnya saja bali ditimpa bencana Bom, sebagai akibat dari bencana itu bukan
hanya dirasakan oleh masyarakat Bali sendiri, melainkan juga dirasakan oleh
masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat duniapun juga ikut terkena biasnya.
Bila seorang anak mendapat halangan /kecelakaan sehingga merasa sedih, rasa
sedih yang diderita oleh anak yang bersangkutan juga dirasakan oleh orang
tuanya. Demikian juga yang lainnya akan selalu dirasakan secara kebersamaan
/sosial oleh masing-masing individu yang bersangkutan.
Jiwa sosial ini seharusnya diresapi dengan sinar-sinar
kesusilaan tuntunan Tuhan dan tidak dibenarkan dengan jiwa kebendaan semata. Ajaran
Tat Twan Asi selain merupakan jiwa filsfat social, juga merupakan dasar dari
tata susila Hindu di dalam usaha untuk mencapai perbaikan moral. Susila adalah
tingkah laku yang baik dan mulia untuk membina hubungan yang selaras dan rukun
diantara sesama makhluk hidup lainnya yang diciptakan oleh Tuhan. Sebagai
landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal,
mengindahkan, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh
sebagai berikut:
- Kelakuan
yang sesuai dengan ukuran-ukuran/norma-norma masyarakat yang timbul dari
hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).
- Rasa
tanggung jawab atas tindakannya itu.
- Lebih
mendahulukan kepentingkan umum dari pada kepentingan pribadi.
Sastra-sastra agama adalah sumber atau dasar dari tata
susila (ethika) yang bersifat kokoh dan kekal, ibarat landasan dari suatu
bangunan dimana bangunan yang bersangkutan harus didirikan. Jika landasannya
itu tidak kuat/kokoh, maka bangunan itu akan mudah roboh dengan sendirinya.
Demikian pula halnya dengan tata susila bila tidak
dilandasi dengan pedoman sastra-sastra agama yang kokoh dan kuat, maka tata
susila tidak akan meresap dan mendalam di hati sanubari kita. Ajaran agama yang
menjadi dasar dan pedoman tata susila Hindu diantaranya adalah ajaran Tri Kaya
Parisuhda yang selalu kita ucapkan, tanamkan pada diri kita umat Hindu sesuai
dengan yang selalu didengungkan dalam Trisandya bait ke VI dimana Ajaran Tri
Kaya Parisudha merupakan tiga kesusilaan yang penting sebagai bagian dari
ajaran Dharma. Dengan demikian barang siapa yang dengan kesungguhan hati
mengamalkan ajaranya itu sudah barang tentu akan selalu dalam keadaan selamat
dan bahagia, karena ia selalu akan mendapat perlindungan dari perbuatanya yang
baik itu.
Tata susila sering juga disebut dengan ethika (sopan
santun). Ethika itu dapat diterapkan sesuai dengan tujuannya, bila manusia
memiliki wiweka, yitu kemampuan membedakan dan memilih diantara yang baik
dengan yang buruk , yang benar dengan yang salah dan lain sebagainya.
Demikianlah tata susila dengan wiweka, keduanya saling melengkapi kegunaanya
dalam hidup dan kehidupan ini.
Namun dewasa ini bila kita mau secara jujur mengakui,
sesungguhnya banyak sekali tanda-tanda kemerosotan moral yang terjadi
dilingkungan masyarakat, terutama dikalangan anak-anak (para remaja) kita, hal
itu disebabkan oleh karena antara lain:
- Kurang
tertanamnya jiwa agama pada setiap individu yang ada dalam masyarakat.
- Keadaan
masyarakat yang kurang stabil, baik dalam bidang pendidikan, ekonomi,
sosial, politik dan keamanan.
- Pendidikan
moral belum terlaksana sebagaimana mestinya baik dilingkungan sekolah,
masyarakat, maupun ditingkat rumah tangga.
- Situasi
dan kondisi rumah tangga yang kurang stabil/baik.
- Diperkenalkan
secara popular obat-obatan dan sarana anti hamil.
- Banyaknya
tulisan-tulisan, gambar-gambar, siaran-siaran, kesenian-kesenian yang
kurang mengindahkan dasar-dasar,norma-norma/aturan-aturan tentang tuntunan
moral.
- Kurang
adanya individu /organisasi/lembaga yang memfasilitasi tempat-tempat
bimbingan dan penyuluhan moral bagi anak-anak/remaja yang menganggur.
Bila ajaran Tat Twam Asi dapat diimplementasikan dalam
kehidupan sehari-hari masyarakat secara menyeluruh dan sungguh-sungguh, dalam
sifat dan prilaku kita maka kehidupan ini akan menjadi sangat harmonis satu
dengan yang lainnya diantara kita dapat hidup saling menghormati, mengisi dan
damai. Demikianlah ajaran Tat Twam Asi patut kita pedomi, cermati dan amalkan
kehidupan sehari-hari ini.
Mungkin cukup itu saja yang dapat saya sampaikan pada
pagi ini, jika ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi saya akhiri dengan
selamat pagi dan terimakasih